KLIKPRIANGAN – Setelah sukses digelar di Gedung Kesenian Kota Tasikmalaya, Drama Sunda berjudul Amara Rababu kini akan dipentaskan di Garut.
Drama berjudul Amara Rababu ini akan dipentaskan oleh Teater Dongkrak Tasikmalaya dan Teater Posstheatron Garut di Padepokan Sobarnas Martawidjaya, Kawasan Objek Wisata Air Panas, Cipanas, Kec. Tarogong Kaler, Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Pergelaran drama yang mengisahkan tentang Sejarah Kerajaan Galuh tersebut akan digelar dalam dua kali pementasan pada Sabtu (7/1/2023), yaitu pada pukul 15.15 dan pukul 19.15.
Drama Amara Rababu ini, naskahnya ditulis oleh Budayawan Tasikmalaya, Nazarudin Azhar dengan sutradara Tatang Pahat.
Adapun para aktor yang terlibat dalam pementasa drama yang bercerita tentang kisah cinta segitiga dari keturunan kerajaan Galuh ini diantaranya Wit Jabo, Kiki Kido, Ami Iteung, Qeis Surya Sangkala, Naza Fitri, Kisem Ali, dan lainnya.
Sesepuh Teater Posstheatron Garut, Fachroe mengatakan, sejarah dapat menjadi ruang disrupsi untuk menelaah fenomena masa kini.
Penulis naskah, Nazarudin Azhar menuturkan, kisah ini dipetik dari cerita sejarah pada masa awal Karajaan Galuh, tahun 582 Saka (660 Masehi).
Lakon ini berpusat pada kisah Amara (nama lain dari Rahyang Mandiminyak atau Prabu Suraghana), putra ketiga Prabu Wretikandayun, Raja Galuh pertama.
Amara yang telah ditetapkan sebagai putra mahkota Kerajaan Galuh, jatuh cinta pada Nay Pwahaci Rababu atau Dewi Wulansari, yang tak lain adalah istri dari kakaknya sendiri, Sanghyang Sempakwaja atau Batara Danghyang Guru Sempakwaja.
Sang kakak, yaitu Sanghyang Sempakwaja saat itu telah menjadi rajaresi di Kabataraan Galunggung. Konflik terjadi antara ketiga tokoh ini, yakni Amara, Rababu, dan Sempakwaja.
Hasil dari jalinan cinta terlarang antara Amara dan Rababu, kemudian lahirlah Sang Sena yang kelak disebut Prabu Sanna atau Prabu Bratasenawa, Raja Galuh ketiga menggantikan Mandiminyak dan menjadi karuhun dari raja-raja di Jawa.
Lakon “Amara Rababu” menyajikan kisah hubungan Amara dan Rababu hingga lahir Sang Sena, serta konflik batin yang dihadapi oleh mereka dan Sanghyang Sempakwaja.
Drama berbahasa Sunda ini sebelumnya pernah dipentaskan selama tiga hari di Gedung Kesenian Kota Tasikmalaya Desember 2022 lalu, dan mendapat sambutan antusias dari para penonton.(P-01)***