KLIK PRIANGAN – Kisah inspiratif datang dari seorang pria bernama Asep Ali Imron (50) warga Karangbenda, Kecamatan Parigi, Kabupaten Pangandaran. Pasalnya pria tersebut berhasil memasarkan kerajinan dari batok kelapa atau tempurung kelapa di Eropa.
Pria tersebut, sukses memasarkan kerajinan dari batok kelapa ke Swiss, Jerman hingga Jepang pada tahun 2021-2022. Asep memulai bisnisnya itu berawal dari iseng buat kerajinan batok kelapa yang tidak disangka banyak yang minat.
Perjalanan membangun bisnis kerajinan batok kelapa dimulai Asep pada tahun 2010 atau sekitar 10 tahun yang lalu.
Asep mengatakan, ia memulai menekuni kerajinan itu berawal dari keresahan melihat limbah batok kelapa yang dibuang begitu saja.
“Tahun 2010 waktu itu melihat banyak kelapa tua dan batok kelapa itu dibuang begitu saja. Kemudian saya coba bersihkan dan buat kerajinan mangkuk,” kata Asep di Saung Kalapa Pangandaran miliknya, Selasa 19 Maret 2024.
Dirinya menambahkan, idenya itu dari memanfaatkan bahan baku yang ramah lingkungan dan mudah dicari.
“Kalau batok kelapa ini lumayan banyak bahan baku yang tidak dimanfaatkan. Awal-awal kami membikin dua kerajinan yang pada waktu itu banyak diminati yaitu, bikin gelas dan mangkuk batok. Pertama bikin gelas dan mangkok. Awalnya gak banyak yang suka karena terkesan aneh. Tapi pelan-pelan saya tawarkan ke tetangga dan keluarga. Setelah itu banyak yang suka dan menanyakan alhamdulillah,” ucap dia.
Sedangkan, untuk bahan baku batok Asep mengambil dari para petani kelapa yang tidak memanfaatkan batok kelapanya.
“Kami cari dari petani kelapa, banyak yang suka membuang batoknya kemudian saya beli aja,” kata Asep.
Kendati demikian, kata Asep, untuk kerajinan mangkuk dan gelas mengharuskan menggunakan batok kelapa utuh. Sehingga ia harus beli kelapanya butiran.
Asep mengingat ketika produk yang ia buat berjalan secara perlahan, meskipun waktunya lama tetap bertahan.
“Setahun pertama pesanan tidak ada setiap hari, paling mingguan adanya,” kata dia.
Untuk menambah penghasilan, Asep seringkali dipanggil menjadi tukang taman atau penghias taman halaman rumah ataupun lainnya.
“Kalau awal-awal masih kuli sering ada panggilan bikin taman rumah gitu,” katanya.
Sementara itu, produk batok kelapa Asep baru laku dan intens untuk pesanan pada tahun 2017.
“Saat itu Pangandaran kan baru saja jadi DOB, kami didata sebagai pelaku UMKM Pangandaran sering mengikuti pameran, dari situ mulai berani memjangkan dan bikin beragam kerajinan,” ucapnya.
Ia mengatakan kerajinan batoknya mulai laku pada tahun 2017 mulai banyak dikenal dikalangan pengrajin dan pemda.
“Sejak tahun itu sering ikut pameran makin banyak juga yang pesan,” katanya.
Melihat peluang tersebut, Asep mulai kepikiran membuat galeri dengan nama Saung Kalapa Pangandaran tahun 2017.
“Kerajinan dari batok kelapa itu prospek, dari situ mulai dikembangkan ada 40 jenis kerajinan batok yang dihasilkan,” katanya.
Asep mengatakan Saung Kalapa Pangandaran saat ini memproduksi beragam kerajinan dari mulai jam dinding, piring kayu, wadah tempat kebutuhan dapur, asbak dan tempat sambal.
“Kalau itu produk terbaru yang variasi dengan batok,” katanya.
Selain pesanan kerajinan batok, Asep juga sering menerima pesanan souvenir gantungan kunci dan talenan.
“Tahun ini dapat pesanan 10 ribu souvenir batok kelapa dari salah satu partai politik di Pangandaran,” katanya.
Di tahun yang sama, Asep mendapatkan penghargaan dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat tahun sebagai produk kerajinan terbaik Pekan kerajinan Jabar tahun 2017.
“Alhamdulillah dapat penghargaan juga tahun 2017 produk kerajinan terbaik se Jabar,” ucapnya.
Permintaan Ekspor ke Eropa Tahun 2022
Asep mengatakan pertama kali ekspor ke Eropa berlangsung pada tahun 2022 saat salah satu temanya menawarkan untuk dijual ke Swiss.
“Waktu itu punya teman di Swiss, menawarkan untuk jualan disana. Kemudian saya coba kirim sampel, ternyata banyak yang suka,” ucap dia.
Menurutnya, produk yang paling laku dikirim ke Swiss saat itu cup lilin atau wadah lilin, tahun 2021 intens setiap bulan rutin.
“Sekali kirim 300 picis berjala sampai tahun 2022. Tahun 2023 belum ada permintaan lagi. Kabarnya imbas perang Ukraina dengan Rusia,” katanya.
Selain ke Swiss, secara intens di tahun yang sama Asep kirim ke Jepang dan Jerman.
“Tapi lagi-lagi hanya bertahan selama 1 tahun. Berhenti ekspor itu saat tahun 2022 masa perangnya Ukraina dengan Rusia. Pembelinya darisana mengabarkan kondisi ekonomi sedang tidak stabil dan akhirnya berhenti kirim lagi kesana. Katanya mister itu menyampaikan,” ungkapnya.
Omzet Penjualan Batok Kelapa
Setahun saat penjualan masih ekspor ke Eropa, Asep mengaku mendapatkan keuntungan Rp 50 juta setiap bulannya. Namun, hal tersebut tidak lagi dirasakan saat ini.
“Saat ramai omzet sebulan dapat Rp 50 juta dulu saat ramai ekspor. Namun sekarang ketika tidak ekspor lagi dapat Rp 5 juta per bulan saja sudah untung,” katanya.
Ia mengaku saat ini dengan pendapat segitu cukup bersyukur apalagi tetap masih ada yang pesan.
“Masih alhamdulillah kalau masih ada yang beli ke galeri,” ucap dia.
Menurut Asep, karena modal kerajinan batok kelapa ini modal dengkul, tentu baginya omzet saat ini yang sedikit menurut tidak apa-apa.
Cara Buat Kerajinan Batok Kelapa
Untuk membuat kerajinan batok kelapa yang bagus harus menggunakan kelapa yang berukuran besar.
“Proses pembuatan kerajinan kelapa membutuhkan waktu dua hari. Hari pertama kelapa dipotong isi kelapanya diambil kemudian proses penjemuran selama seharian,” katanya.
Untuk hari kedua proses hampelas dengan tiga tahap, menghilangkan bulu, bagian tekstur kasar dan hamplas penghalusan tekstur kelapa.
“Terakhir memakai natural oil supaya tekstur mengkilap dan alami,” ucapnya.
Kemudian ada proses pengukiran. Dalam satu kali bikin sehari bisa menghasilkan 3 sampai 10 kerajinan.
“Jumlahnya bisa lebih banyak jika motif yang dipesan tidak terlalu rumit,” katanya.
Ia mengatakan sekali pengiriman ke Eropa hanya sebanyak 200 sampai 500 pcs.
“Jumlah itu tergantung pesanan, meskipun sedikit pesanan selalu ada tiap hari,” ucapnya.
Untuk penjualan kerajinan batok kelapa melalui marketplace. Selain keluar negeri, peminat kerajinan batok kelapa diminati luar Jawa, seperti Sumatera, Medan, Kalimantan, Bangka Belitung, dan daerah luar Jawa lainnya.
“Kerajinan batok kelapa lainnya yang dijual di antaranya cangkir, sumpit, asbak dan sendok. Untuk harga sendok Rp 10 ribu, sumpit Rp 100 ribu, teko Rp 100 ribu, cangkir Rp 20 ribu, mangkok Rp 20 ribu dan hiasan lampu Rp 100 ribu,” ujarnya. (Kiki Masduki)*