KLIK PRIANGAN – Rencana pembangunan jalan tol Bandung – Cilacap direncanakan akan melintas di wilayah selatan Ciamis. Itu artinya jalan tol maupun pintu keluarnya akan berada jauh dari kawasan Kota Ciamis. Sebagian kalangan berpendapat, kondisi itu akan merugikan bagi kemajuan atau pertumbuhan berbagai sektor pembangunan di wilayah Ciamis.
Jika merunut masa lampau, situasi tersebut mengingatkan pada sejarah ketika pemerintah Hindia Belanda hendak membangun jalur rel kereta api. Jembatan Cirahong adalah saksi bisu dari sejarah tersebut.
Sebagaimana diketahui jembatan ini dibangun pada tahun 1893 atau pada jaman kolonial Belanda. Jembatan ini merupakan bagian dari pembangunan sistem transportasi kereta api yang dibangun Belanda untuk kepentingan penjajahan. Mulai dari penunjangan kepentingan ekonomi, pemerintahan, jalur distribusi hasil bumi sampai penunjang kepentingan militer.
Ada catatan sejarah yang cukup menarik di balik pembangunan jembatan ini. Ketika pemerintah kolonial Belanda merencanakan pembangunan sistem transportasi kereta api di pulau Jawa, sebenarnya jembatan Cirahong tidak ada. Artinya jalur kereta api tersebut tak akan melintasi wilayah kota Ciamis. Jadi dari Tasikmalaya ke Manonjaya, Cimaragas lantas ke Banjar.
Rencana pembangunan itu cukup beralasan karena membangun jembatan kereta api jelas akan membutuhkan sumber daya yang banyak alias biaya tinggi.
Kabar itu rupanya sampai ke telinga R.A.A. Kusumadiningrat, mantan Bupati Ciamis yang saat itu masih bernama Bupati Galuh (1839-1886). Walaupun sudah pensiun, tapi Bupati yang dikenal dengan sebutan Kangjeng Prebu ini masih memiliki pengaruh kuat terhadap kolonial Belanda. Dia memandang kebijakan pembangunan rel kereta api itu akan merugikan Ciamis.
Kangjeng Prabu kemudian melakukan negosiasi kepada pemerintah kolonial Belanda agar jalur kereta api bisa melalui Ciamis. Banyak alibi yang disampaikannya kepada Belanda termasuk mengenai potensi hasil bumi yang dimiliki Ciamis, seperti kelapa, daun tarum atau nila, lada, kopi, kapas serta lainnya. Dia juga berusaha meyakinkan pemerintah Belanda bahwa perkembangan wilayah Ciamis akan jauh lebih potensial ketimbang Cimaragas.
Pendapat Kangjeng Prebu itu akhirnya bisa diterima Pemerintah Kolonial Belanda, hingga akhirnya dibangunlah jembatan Cirahong yang tak hanya membuka jalur kereta api namun juga membangun jembatan penghubung transportasi darat.
Kini situasi itu seolah terulang, sejumlah pihak mempertanyakan apakah Bupati Ciamis saat ini bisa melakukan lobi atau negosiasi, agar pembangunan jalan tol memberikan manfaat yang maksimal bagi Kabupaten Ciamis. Paling tidak, exit tol Ciamis terletak di posisi yang strategis untuk menunjang kemajuan Tatar Galuh. (FA).***