Oleh : Usman Kusmana
- Ketua LTN NU Kab. Tasikmalaya
- Mahasiswa Program Doktor Ilmu Sosial Unpas Bandung
KETIKA tulisan ini dibuat, tahun 2022 tinggal 2 hari lagi. Kita memasuki tahun baru masehi 2023. Ada banyak hal yang terjadi. Baik peristiwa alamiah maupun ilmiah. Karena kuasa semesta yang berbicara, atau karena pikiran dan perilaku manusia dengan alam sekitar dan sesamanya.
Semuanya telah berlalu. Semuanya tinggal history. Pahit getir, susah senang dan Bahagia tentu masing-masing manusia merasakannya.
Ada yang dianggap tahun pencapaian terbaiknya, karena beragam karya dan prestasi yang dia dapatkan berikut perangkat artifisialnya, apakah itu uang, pangkat dan jabatan hingga ketenaran dimata manusia.
Boleh jadi ada yang menganggap tahun terberat atau terburuk dalam fase kehidupannya. Karena berbagai kegagalannya, beragam kehilangan apakah itu uang, ditinggalkan orang tercinta, turun pangkat atau berhenti jabatan, atau bahkan ter-di-hinakan dimata manusia.
Waktu, hanyalah perputaran masa yang tidak digerakan oleh manusia. Manusia hanya pihak yang mengisinya saja. Waktu adalah kuasanya Tuhan.
Setiap perguliran waktu dengan beragam peristiwa didalamnya adalah putaran kosmos, semacam arena atau sirkuit dimana manusia ditantang untuk bisa bertanding dengan sebaik-baiknya dan keluar sebagai pemenang.
Sukses gagal, kaya miskin, susah senang, derita bahagia, kuat lemah, sehat sakit, kuasa dan tertindas, semuanya diputarkan diantara manusia.
“Wa tilkal ayyaamu nudaawiluhaa bainannaas” sesuai masanya, sesuai zamannya. Hanya masalah berapa banyak dan berapa lama. Selebihnya musnah dan fana. Yang tersisa dan berguna hanyalah amal kebajikan yang diniatkan semata karena Allah sang pencipta.
“Alladzii kholaqol mauta wal hayaata liyabluakum ayyukum ahsanu amalaa” Tuhan yang menciptakan kematian dan kehidupan untuk menguji kalian semua, siapa diantara kalian yang terbaik amal nya”.
Itulah sejatinya perjalanan waktu dalam kehidupan manusia. Karena dia akan sampai pada kehidupan abadinya kelak dengan pintu masuknya adalah kematian.
Allah sampai bersumpah dengan sang waktu. Bahwasanya semua manusia akan merugi, kecuali orang-orang yang memiliki kepercayaan (Iman), yang mengerjakan amal kebajikan, dan yang saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran.
Dimensi yang dikandung surat Al Ashr ini memiliki dua makna, transcendental dan horizontal. Kesalehan individual dirinya dengan Tuhannya, dan kesalehan sosial dirinya dengan mahluk lainnya.
Tanpa keseimbangan diantara keduanya, hidup manusia tidaklah akan ajeg. Selalu ada ruang hampa. Terlepas bagaimanapun keadaan hidupnya. Apakah dia pejabat, orang kaya, bahkan ahli agama sekalipun.
Lalu apa yang bisa kita ambil pelajaran dari setiap pergantian waktu. Waktu yang datang dan waktu yang telah pergi.
Dari waktu yang pergi kita menerima hikmah dan mendapatkan pelajaran. Sikap sabar, menerima dengan ikhlas apapun yang telah terjadi bahkan disertai dengan rasa syukur terhadap sang pemberi hidup. Setidaknya kita masih diberikan jatah nafas oleh sang pemilik ruh kita.
Kita catat pencapaian positif dari Langkah dan karya kita, kita ambil ibrah dari hal buruk dan kesalahan yang kita perbuat.
Dari waktu yang datang kita menancapkan prinsip ketauhidan kita. Allah dulu, Allah lagi dan Allah terus.
Kita kembali refresh sisi spiritualitas keimanan kita kepada sang kholik, kita siram dan pupuk terus sikap optimisme, dengan jiwa dan tampilan raga kita yang semakin baik. Jiwa dan diri yang selalu mencari kebenaran, bukan yang suka mencari semata pembenaran.
Jiwa dan diri yang selalu merasa bahwa hidup tidak sendiri. Hidup selalu berangkat dari kaidah daor dan tasalsul. Memutar dan saling keterkaitan (ketergantungan) dengan sesame manusia dan mahluk Tuhan lainnya yang diberi kesempatan hidup di muka bumi ini.
Selamat tinggal 2022, selamat datang 2023. Maafkan diri sendiri, maafkan orang lain. Senyumlah pada dunia. Allah Bersama kita.***